Enjoy With Math
Kita seringkali menganggap matematika adalah
cabang ilmu eksakta yang abstrak dan susah dimengerti. Persepsi ini
menyebabkan keengganan kita dalam membuka lembaran demi lembaran buku
matematika kita apalagi mempraktikkan teori-teori matematika dalam
aplikasi soal.Matematika saat ini menjadi momok yang cukup
serius bagi pelajar SD, SMP dan SMA di Indonesia. Tak jarang, banyak
sekolah memberikan porsi lebih dalam jam pelajaran matematika di kelas.
Selain itu untuk mengantisipasi ketidaklulusan dalam UAN, disediakanlah
pawang-pawang Matematika yang kompeten yang dapat memecahkan beraneka
ragam model soal matematika. Ini semua karena mereka berasumsi bahwa
Matematika itu sulit.
Alasan bahwa matematika itu sulit sudah umum
di masyarakat. Serasa hal itu sudah keputusan bersama masyarakat dan
menjadi zona nyaman dalam pembicaraan sehari-hari. Akibat ketakutan yang
berlebihan ini, banyak orang tua yang rela mengeluarkan jutaan rupiah
demi agar anak mereka mengerti matematika. Matematika seolah-olah
satu-satunya parameter kepintaran seseorang.
Tuhan menciptakan manusia dengan porsi otak yang berbeda-beda. Tuhan tidak menciptakan semua manusia enjoy dengan matematika. Coba dibayangkan kalau manusia semuanya enjoy
dengan matematika, dunia bakalan sepi. Manusia-manusianya akan duduk
tenang di kamar dengan pulpen dan kertas untuk menyelesaikan soal-soal
matematika. Betapa gelapnya dunia bukan?.
Tuhan itu Maha Sempurna. Ia menciptakan
manusia dengan keterampilan dan kelebihannya masing-masing. Manusia
tinggal menemukan kelebihannya masing-masing. Ini adalah pekerjaan
berat. Cara menemukannya adalah dengan terus-menerus mencari. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengikuti pendidikan formal disekolahan atau juga
lembaga-lembaga kursus. Langkah ini biasanya banyak orang-orang yang
gugur. Mereka tidak sabar. Mereka terlupa bahwa kompetensi itu hanya
dapat diraih dengan kerja keras yang kontinu bukan sekedar kerja instan.
Keterampilan seseorang dalam matematika
bermacam-macam. Salah, ketika seorang manusia normal bilang “Saya tidak
bisa Matematika”. Pada dasarnya semua manusia normal bisa, namun tingkat
kebisaannya yang berbeda. Seorang finalis OSN Matematika SMA kemampuan
Matematika-nya tentunya berbeda dengan siswa SMA biasa. Begitulah
kiranya ilustrasinya.
Bagi kita yang sampai sekarang menganggap
matematika itu susah cobalah hilangkan paradigma itu. Keabstrakan
matematika yang menjadi kemalasan kita dalam mempelajarinya cobalah kita
rethinking mengenai kegunaan matematika dan hidup kita
sehari-hari. Kemampuan menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan
sehari-hari itulah kemampuan minimal yang harus kita miliki.
Ketika kita belum mengenali aplikasi dari
ilmu matematika, kita akan mengatakan matematika sangat abstrak. Namun,
ketika kita sudah tahu aplikasi dalam dunia nyata, kita akan mengatakan
matematika adalah bahasa kehidupan. Matematika adalah bahasa terindah
yang pernah ada. Definisi yang maha hebat akan energi diformulasikan
Enstein dalam bahasa matematika yang indah dan sederhana “E = mc2″.
Begitulah kiranya contoh aplikasi matematika.
Akhirnya, mari kita ubah paradigma sempit
kita akan matematika. Saya yakin jika paradigma kita telah berubah,
hambatan belajar Matematika kita sedikit demi sedikit akan lepas dan
hilang. Kita akan menemukan keindahan Matematika. Matematika adalah
bahasa kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar