BIROHMAH UNILA

Minggu, 10 Juni 2012

Enjoy With Math

Kita seringkali menganggap matematika adalah cabang ilmu eksakta yang abstrak dan susah dimengerti. Persepsi ini menyebabkan keengganan kita dalam membuka lembaran demi lembaran buku matematika kita apalagi mempraktikkan teori-teori matematika dalam aplikasi soal.Matematika saat ini menjadi momok yang cukup serius bagi pelajar SD, SMP dan SMA di Indonesia. Tak jarang, banyak sekolah memberikan porsi lebih dalam jam pelajaran matematika di kelas. Selain itu untuk mengantisipasi ketidaklulusan dalam UAN, disediakanlah pawang-pawang Matematika yang kompeten yang dapat memecahkan beraneka ragam model soal matematika. Ini semua karena mereka berasumsi bahwa Matematika itu sulit.

Alasan bahwa matematika itu sulit sudah umum di masyarakat. Serasa hal itu sudah keputusan bersama masyarakat dan menjadi zona nyaman dalam pembicaraan sehari-hari. Akibat ketakutan yang berlebihan ini, banyak orang tua yang rela mengeluarkan jutaan rupiah demi agar anak mereka mengerti matematika. Matematika seolah-olah satu-satunya parameter kepintaran seseorang.

Tuhan menciptakan manusia dengan porsi otak yang berbeda-beda. Tuhan tidak menciptakan semua manusia enjoy dengan matematika. Coba dibayangkan kalau manusia semuanya enjoy dengan matematika, dunia bakalan sepi. Manusia-manusianya akan duduk tenang di kamar dengan pulpen dan kertas untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Betapa gelapnya dunia bukan?.

Tuhan itu Maha Sempurna. Ia menciptakan manusia dengan keterampilan dan kelebihannya masing-masing. Manusia tinggal menemukan kelebihannya masing-masing. Ini adalah pekerjaan berat. Cara menemukannya adalah dengan terus-menerus mencari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti pendidikan formal disekolahan atau juga lembaga-lembaga kursus. Langkah ini biasanya banyak orang-orang yang gugur. Mereka tidak sabar. Mereka terlupa bahwa kompetensi itu hanya dapat diraih dengan kerja keras yang kontinu bukan sekedar kerja instan.

Keterampilan seseorang dalam matematika bermacam-macam. Salah, ketika seorang manusia normal bilang “Saya tidak bisa Matematika”. Pada dasarnya semua manusia normal bisa, namun tingkat kebisaannya yang berbeda. Seorang finalis OSN Matematika SMA kemampuan Matematika-nya tentunya berbeda dengan siswa SMA biasa. Begitulah kiranya ilustrasinya.

Bagi kita yang sampai sekarang menganggap matematika itu susah cobalah hilangkan paradigma itu. Keabstrakan matematika yang menjadi kemalasan kita dalam mempelajarinya cobalah kita rethinking mengenai kegunaan matematika dan hidup kita sehari-hari. Kemampuan menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari itulah kemampuan minimal yang harus kita miliki.

Ketika kita belum mengenali aplikasi dari ilmu matematika, kita akan mengatakan matematika sangat abstrak. Namun, ketika kita sudah tahu aplikasi dalam dunia nyata, kita akan mengatakan matematika adalah bahasa kehidupan. Matematika adalah bahasa terindah yang pernah ada. Definisi yang maha hebat akan energi diformulasikan Enstein dalam bahasa matematika yang indah dan sederhana “E = mc­­2″. Begitulah kiranya contoh aplikasi matematika.

Akhirnya, mari kita ubah paradigma sempit kita akan matematika. Saya yakin jika paradigma kita telah berubah, hambatan belajar Matematika kita sedikit demi sedikit akan lepas dan hilang. Kita akan menemukan keindahan Matematika. Matematika adalah bahasa kehidupan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar